Kamis, 30 Januari 2014

Acara Jalan-Jalan Kantor ke Sukabumi

            Dalam posting kali ini saya hanya ingin bercerita tentang apa yang saya kerjakan seharian. Kamis, 30 januari 2014, akhir bulan di awal tahun, saya beserta rekan kerja dari PMI Jakarta Utara mengadakan kunjungan ke pabrik pusat Pocari Sweat di Sukabumi. Bagi saya (atau kami) apapun yang bisa disebut jalan-jalan selalu memberikan keasyikan tersendiri. Selain menambah pengalaman dan refreshing gratis, hal itu juga berarti kami libur kerja (fyi, libur itu berharga banget bagi kaum kami yang memang miskin libur^^).
            Perjalanan kami tadi cukup menyenangkan, selain karna suasana hall nya yang cozy, koordinator dan pembawa acara dari pihak pabrik juga sangat ramah dan kooperatif. Setelah memberi sedikit kata sambutan, mc menunjukan video yang menjelaskan proses produksi minuman tersebut dan selayang pandang tentang sejarah induk perusahaan pocari: Otsuka group.



            Dan cerita inilah yang membuat saya memutuskan untuk menulis sedikit hal yang saya tahu mengenai awal mula pembuatan minuman yang sekarang cukup popular ini. Bermula dari usaha rumahan sebuah keluarga kecil di bidang farmasi di jepang, keluarga Otsuka merintis perlahan usaha mereka memproduksi cairan infus hingga pada tahun 1973 berdirilah sebuah pabrik di bidang farmasi yaitu Otsuka Pharmaeutical Tokusima.
            Ketika itu generasi ketiga dari pendiri Otsuka Group yaitu Akihiko Otsuka yang masih berusia 35 tahun menjabat sebagai kepala pabrik. Beliau bertekad mengembangkan sebuah produk yang nantinya akan bisa menyangga jalannya perusahaan keluarga mereka. Saat itu Roruka Harima yang merupakan penanggung jawab pengembangan minuman menawarkan membuat minuman dari cairan infus, berdasarkan pengalaman pribadinya saat harus diopname di Meksiko yang sanitasinya buruk. Saat itu Harima mengalami dehidrasi namun tidak ada air yang layak diminum, bahkan dokter memberikan soda untuk meminum obat. Ia teringat saat bertugas di ruang operasi, pernah melihat seorang dokter meminum cairan infus untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang selama operasi, dari sanalah idenya berkembang.
            Namun Akihiko tidak begitu saja menerima idenya. Tiga tahun kemudian, setelah menjabat presiden direktur ke-3 di perusahaan tersebut barulah Akihiko kembali mendiskusikan ide Harima. Ia ingin membuat minuman ringan dengan memiliki fungsi mengganti elektrolit yang hilang setelah beraktivitas, namun memiliki rasa yang menarik dan bisa diterima konsumen. Maka dimulailah penelitian tersebut yang diserahkan Harima kepada asisten mudanya Akihisa Takaici. Berkali-kali gagal dan ditolak karena rasa minumannya pahit akibat kandungan ion kalium dan magnesium yang terdapat dalam komposisi keringat. Bagaimana dengan menambahkan pemanis alami pada minuman? Hal itu dicoba Takaici namun Harima ingin minumannya memiliki kadar gula dibawah 10%.
            Percobaan itu mengalami maju-mundur, tercatat lebih dari 1000 percobaan gagal yang telah dilakukan Takaici. Sampai akhirnya Takaici menemukan bahwa rasa bawaan buah jeruk dapat menetralisir rasa pahit dalam minumannya. Itupun tidak semua jeruk bisa dipakai karena memiliki rasa yang berbeda. Setelah menemukan komposisi yang dirasa tepat, Presdir Akihiko membawa ide yang dia mulai bersama Harima dan Takaici ke rapat direksi. Direksi kompak menolak karena minuman itu rasanya aneh dan belum pernah ada di pasaran sehingga mereka menyangsikan respon konsumen nantinya.
            Namun sang presdir dengan tekad bulat dan keyakinan penuh tetap meluncurkan produknya. Maka pada 1980 minuman tersebut mulai dipasarkan dan mendapat tanggapan negative dari pengecer. Strategi beralih dengan menawarkan langsung pada konsumen melalu kios2 yang dibuka pada event2 tertentu. Namun tepat seperti prediksi peserta rapat sebelumnya, minuman tersebut ditolak konsumen karena rasanya aneh dan sama sekali tidak familiar. Apa yang dilakukan Presdir Akihiko terkait kegagalan pemasarannya? Ia mengambil sebuah langkah yang sangat berani dan mengejutkan; membagikan minumannya secara gratis dan tak terbatas ke seluruh Jepang. Wow…
            Tentunya keputusan itu bukan tanpa resiko, karena perusahaan mengalami kerugian lebih dari 400 milyar setelah membagikan lebih dari 30 juta kaleng. Namun Akihiko tidak berhenti sampai disana, pembagian minuman tersebut terus dilanjutkan. Setahun kemudian, penjualan produk tersebut tak kunjung membaik. Namun kabar baik datang ketika Jepang 1981 mengalami musim panas yang panjang, penjualan minuman tersebut melonjak hingga tiga kali lipat dengan keuntungan yang mencapai 2,6 triliyun rupiah saat itu. Penyebabnya? Minuman ini terasa menyegarkan saat berkeringat dan Cuaca panas saat itu menyebabkan orang2 mengeluarkan keringat lebih banyak dari biasanya. Ditambah lagi rasanya sudah mulai familiar dikalangan konsumen setelah puluhan juta kaleng dibagikan gratis.
            Saya menulis ini sukarela tanpa bayaran loh, bukan karna ingin promosi produk, tapi lebih karena melihat sesuatu dalam sejarah berdirinya usaha tersebut. Memulai sesuatu memang tak pernah mudah, sama seperti saya yang saat ini sedang memulai (kembali) latihan menulis tak peduli ada yang baca atau tidak. Jika saya yang hanya memulai hal kecil saja banyak menemui kendala dalam proses, apalagi memulai sesuatu yang benar-benar baru, tanpa pernah tau akan seperti apa respon pasar terhadap usaha kita. Itulah yang dialami Akihiko Otsuka dlaam merintis usahanya. Apalagi itu dimulai tanpa dukungan penuh dewan direksi.
            Apakah usaha presdir tersebut berbuah manis? Kita tahu jawabannya. Sekarang minuman tersebut dipasarkan di 16 negara termasuk Indonesia. Itu semua tak akan terjadi tanpa tekad kuat dan keyakinan penuh bahwa suatu saat usaha mereka akan berhasil. Keyakinan itulah yang tak ternilai harganya. Kesediaan untuk bangkit setelah jatuh dan tak pernah berhenti mencoba, bukan sesuatu yang dimiliki semua orang. Saya sendiri sedang berusaha keras dengan mengasah kekuatan mental demi memiliki keyakinan tersebut. Dan sejujurnya itu tak pernah mudah…
            Keteguhan Akihiko juga mengingatkan saya pada film yang pernah saya tonton sekitar 2 tahun lalu. Tentang seorang pengusaha muda Thailand yang sukses mengembangkan usaha camilan rumput laut di usia 19 tahun. Apakah jalannya mulus? Tentu tidak. (kalau jalannya halus seperti jalan tol siapa yang mau nonton? hehee). Top Ittipat bahkan harus rela putus sekolah dan hidup terpisah dari orang tuanya (yang pindah ke China setelah terbelit hutang). Ia mempertaruhkan segalanya untuk mengembangkan usaha, bahkan menghabiskan seluruh tabungan, menjual barang-barang dan jimat ayahnya demi produknya yang selalu gagal. Ia bahkan nekad membuka pabrik dalam bangunan milik keluarganya yang sudah disita bank. Namun itu semua tak pernah sia-sia. Top Secret A.K.A The Billionaire adalah film yang sangat recomended untuk ditonoton afterall.
            Saya sendiri tidak bisa memastikan apakah kisah aslinya memang tepat seperti itu atau tidak. Baik itu Akihika Otsuka ataupun Top Ittipat, saya tak bisa menjamin bahwa kisah mereka bukan hasil modifikasi dan dramatisir untuk tujuan marketing. Tapi apapun bentuknya, tentu pesan yang ingin disampaikan baik jadi tak ada ruginya mengambil pelajaran dari perjalanan mereka. Hanya saja, selalu ada sentuhan terakhir (finishing) untuk keberanian, kerja keras, pantang menyerah dan keyakinan yang kukuh, yaitu; doa dan tawakal kepada sang penentu akhir.
 Jangan pernah menyesal telah mencoba, karna sekalipun gagal, setidaknya kita tau bahwa kita selangkah lagi mendekati keberhasilan. That’s it…
Kembali ke kegiatan saya hari ini, usai acara tersebut koordinator mengajak kami berkeliling pabrik untuk melihat sendiri proses produksi minuman tersebut dan menjawab beberapa pertanyaan kami seputar proses pembuatan. Setelah itu… tentu saja ada prosesi yang wajib bin mesti kami lakukan yaitu; dokumentasi. Wkwk. Lumayan, ber-selfie2 ria buat kenang-kenagan… 





Narsis ria di bis sebelum berangkat…..




Abis selesai acara, nggak afdhol kalo nggak foto-foto…




Sesi yang paling ditunggu oleh siapapun juga; makan-makan…. Hehe. ‘Makan gratis’ it’s self udah enak, apalagi kalo ‘makan enak gratis’… lebih enak lagi pastinya! Haha… biasa lah cewek mana ada yang mau rugiiii :p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar