Siang
tadi aku berjalan di sepanjang pematang sawah
Membiarkan
kaki ini terus melangkah
Dengan
kepala tertunduk menatap tanah
Jangan
kau tanya kemana hendak melangkah,
Karena
entahlah...
Lalu di
penghujung jalan setapak yang kulalui
Aku melihat
serumpun keladi tumbuh diatas lumpur basah
Di atas daunnya
tergenang air, sisa hujan semalam ini
Yang jika angin
berhembus, maka daun itupun goyah
Oleng ke kanan
dan ke kiri
Kemudian
genangan airnya rebah
ke tanah
Kau
tau tuhan... aku sungguh malu mengaku
Bahwa
aku melihat diriku seperti daun keladi itu
Yang
rapuh dan limbung menahan apa yang kau bebankan di pundakku
Dan
air di atasnya seumpama kecintaanku padamu
Yang
begitu kecil dan tak ada apa-apanya bagimu
Aku hanya
seumpama daun keladi dengan setitik air diatasnya
Yang jika kau
hembuskan sedikit angin cobaan, akan begitu mudah patah
Dan genangan air
cinta padamu itupun segera tumpah,
Luruh oleh keluh
kesah
Tuhanku....
sungguh
tak pantas aku
mengetuk pintumu yang suci
Hanya
untuk meminta ini dan itu
Lalu
kembali esok dan esoknya lagi
Juga
untuk meminta ini dan itu
Aku bahkan
sering lupa berterimakasih padamu
Bahwa hari ini
begitu indah dan damai,
Hanya karena
sibuk meminta padamu
Hari esok yang
lebih indah dan lebih indah lagi.
Jakarta,
02 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar