Minggu, 26 Januari 2014

Daun Keladi

Siang tadi aku berjalan di sepanjang pematang sawah
Membiarkan kaki ini terus melangkah
Dengan kepala tertunduk menatap tanah
Jangan kau tanya kemana hendak melangkah,
Karena entahlah...
Lalu di penghujung jalan setapak yang kulalui
Aku melihat serumpun keladi tumbuh diatas lumpur basah
Di atas daunnya tergenang air, sisa hujan semalam ini
Yang jika angin berhembus, maka daun itupun goyah
Oleng ke kanan dan ke kiri
Kemudian genangan airnya rebah ke tanah
Kau tau tuhan... aku sungguh malu mengaku
Bahwa aku melihat diriku seperti daun keladi itu
Yang rapuh dan limbung menahan apa yang kau bebankan di pundakku
Dan air di atasnya seumpama kecintaanku padamu
Yang begitu kecil dan tak ada apa-apanya bagimu
Aku hanya seumpama daun keladi dengan setitik air diatasnya
Yang jika kau hembuskan sedikit angin cobaan, akan begitu mudah patah
Dan genangan air cinta padamu itupun segera tumpah,
Luruh oleh keluh kesah
Tuhanku....
sungguh tak pantas aku mengetuk pintumu yang suci
Hanya untuk meminta ini dan itu
Lalu kembali esok dan esoknya lagi
Juga untuk meminta ini dan itu
Aku bahkan sering lupa berterimakasih padamu
Bahwa hari ini begitu indah dan damai,
Hanya karena sibuk meminta padamu
Hari esok yang lebih indah dan lebih indah lagi.
                                                                                                      Jakarta, 02 November 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar