NOTE:
Mian... karna mungkin postingannya terlalu panjang atau kebanyakan gambar, maka postingan dibagi dua. hehee.
Bayan setuju mengirimSeung Nyang ke istana karena telah melihat sendiri kemampuannya sejak di pulau Daechong (Goryeo), namun Taltal yang cerdas tidak dengan mudah menyetujuinya. Ia sama sekali tak meragukan talenta Sung Nyang, tapi meletakkan wanita sekuat Seung Nyang lebih tinggi dari posisi mereka justru bisa berbalik menjadi racun. Nyang bukan bagian dari klan mereka, dan tak ada jaminan jika suatu saat nanti dia tak akan berkhianat dan menjerumuskan klan Bayan. Namun bayan sepenuhnya yakin dengan instingnya, ia akan meletakkan seluruh taruhannya pada Seung Nyang.
Bayan mendidik Nyang dengan hardskill yang biasa diajarkan pada gadis-gadis bangsawan; menyulam, musik, menari dan lain sebagainya. Ki Seung Nyang pun bertransformasi menjadi Hwang Jin Yi *ehh? bukan ya? Wkwkwk. Taltal yang semula menentang rencana Bayan akhirnya bersedia mengajari Seung Nyang berbagai softskill berupa pengetahuan2 yang akan berguna nantinya. Mulai dari trik-trik para wanitA istana dalam menjatuhkan saingan, analects konfusius, etika bangsawan dan lain sebagainya. Namun taltal terkejut ketika Sung Nyang justru menghabiskan waktu untuk membaca The Art of War karya panglima perang terkenal Tsun Zu dan Wuzi Xu. Nyang menganalogikan keputusannya menjadi selir sebagai praktek dari seni perang Tsun Zu yang diyakini Taltal lebih efisien. Mau tak mau Taltal tersenyum mengakui kecerdikan Seung Nyang. (kyaaa… love these two!).
Singkat cerita Nyang pun berangkat ke ibukota (Daidu) ditemani Taltal. Di dalam tandu, air matanya tak henti mengalir mengingat Wang Yoo, mengenang kembali saat mereka berdua menatap rembulan sembari berdoa. Harapan wang yoo adalah hidup bersama Sung Nyang selamanya, mati di tahun, bulan dan tanggal yang sama dengan sung nyang. Bahkan setelah kematian, ia ingin tetap bersama dengan Sung Nyang. Nyang menghapus air matanya, berjanji dalam hati bahwa ini adalah air mata terakhir yang akan ia teteskan untuk Wang Yoo. Apakah Nyang marah karena pernikahan Wang Yoo? Entahlah. Ia berkata bahwa Wang Yoo harus mengambil kembali tahtanya, demi melindungi rakyat Goryeo yang tak berdaya. Namun ia pun akan menempuh jalannya sendiri untuk membalaskan dendam orang-orang terkasihnya dan menjatuhkan El Temur. (T,T if only you know, what his real reason to married... he want to avenge your death!).
Nyang melangkah turun dari tandu dengan langkah pasti. untuk terakhir kalinya Taltal mengingatkan bahwa sekali mereka melangkah ke istana, takkan ada jalan kembali. apakah Nyang tak akan menyesal? Nyang menjawab ia sama sekali takkan menyesal. ia telah sepenuhnya siap menghadapi peperangan panjang dihadapannya. Taltal pun membungkuk, sebagai penghormatan resminya kepada Seung Nyang yang akan menjadi selir kaisar. Nyang pun melanjutka langkahnya, bersiap melepas semua kebahagiaan yang bisa saja ia dapatkan bersama Wang Yoo, melepaskan Goryeo nya dan semua yang selama ini ia dekap sekuat tenaga. Ia kembali dengan kebencian sekokoh gunung yang tak akan lagi mencair, never.. before they get what they deserve to!
*****
Banyak sekali yang ingin aku bahas dari drama ini. Malah sebenarnya sejak episode-episode awal. Tapi karena baru aktif menulis sekarang, jadi yah dirapel komentarnya, dan tidak terlalu detail. Kata orang drama saeguk itu ceritanya bertele-tele, masa kecilnya saja bisa sampai beberapa episode, tapi yang aku lihat pada Empress Ki justru sebaliknya, ep 1 dan 2 sudah bisa menangkap minatku. Tidak bertele-tele tentang siapa ayah Sung Nyang dan kepada siapa Sung Nyang setia, secara dia kan mata-mata ganda.
Apakah aku pernah bosan mengikuti lebih dari 25 episode drama ini? Pernah. Saat beberapa episode membahas tentang perburuan surat wasiat, juga saat Wang Yoo menjauhi Nyang karna takut Nyang terlibat dan berada dalam bahaya. Tapi drama ini dengan segera bisa menarik minatku kembali. Jika aku menoleh ke episode2 awal dimana Sung Nyang masih menjadi preman Goryeo, maka akan terlihat betapa jauhnya Sung Nyang telah melangkah. Setelah melalui ujian yang sulit, ia menjadi pemenang tunggal dari seleksi ini, namun El Temur merekrut lebih banyak selir dengan tujuan politik mengendalikan para gubernur yang notabene ayah dari selir-selir tersebut. Maka yang terjadi selanjutnya adalah perang dingin Antara Selir Ki dan Permaisuri Tanashiri. Tanashiri yang menggunakan powernya sebagai pemegang otoritas istana dalam memang bisa menyakiti Sung Nyang, namun Sung Nyang memiliki apa yang tidak dimiliki Tanashiri, yaitu otak yang cerdas, siasat yang matang dan dukungan Togon, sang kaisar! Tentu saja Selir Ki unggul dalam hal adu kecerdikan dan lebih tahan banting, karan ia sampai di posisinya sekarang dengan melalui perjuangan hidup-mati, berbeda dengan Tanashiri yang mendapatkannya bahkan tanpa usaha.
Melihat Sung Nyang sekarang, aku merasa kasihan pada Wang Yoo. Mereka saling mencintai. Namun Wang Yoo mencintai Nyang lebih daripada Nyang mencintai Wang Yoo. Ia kehilangan Sung Nyang begitu saja, bahkan tanpa memiliki kesempatan untuk mengerti apa yang sebenarnya terjadi. tekad Sung Nyang sudah bulat, dan ia rela kehilangan segalanya demi membalas dendam. Tidak ada lagi Nyang yang tulus dan periang, menyusuri hutan sambil tertawa lepas membawa panah dan busurnya. Aku bersedih untuk itu... karena Nyang sesungguhnya bisa memilih jalan lain. tapi aku tak akan menyalahkannya, karena semua orang yang mengalami apa yang dialaminya pasti akan berubah. Hate, lost, even betrayal...
sejak awal, menarik melihat siasat-siasat yang digunakan Sung Nyang dan Wang Yoo. Mulai dari peristiwa Lady Park dan Peperangan di perbatasan Yuan, Sung Nyang dan Wang Yoo memiliki tipikal strategi yang mirip dalam memenangkan pertempuran. Mereka adalah climber bukan camper. Mereka memilih mendaki sampai puncak ketimbang berhenti di lereng gunung untuk berkemah. Jadi mereka selalu membiarkan diri mereka kalah sementara untuk kemudian balas menyerang ketika musuh merasa diatas angin. Hal itu terjadi juga pada episode 28 yang saya belum tau kelanjutannya. Semua orang pasti berfikir Nyang akan menaruh racun pada ramuan Seol Hwa (termasuk saya). Tapi jika itu rencananya, untuk apa Nyang membuat scenario seolah2 ia dan Seol Hwa bertengkar bukan? Ia punya rencana lain. Nyang sengaja menjadikan dirrinya sendiri umpan sehingga ketika ia membuka kartu truf, Tanashiri sudah terdesak keujung jurang dan tak memiliki jalan untuk melarikan diri. Nyang selalu total dalam membuat rencana, ia takkan berhenti sebelum lawannya jatuh. Sama seperti dulu saat membantu Lady Park, Nyang ingin Tanashiri sesumbar mengumumkan kemenangannya, barulah ia membuka kenyataan yang sebenarnya. What a brilliant!! Menyenangkan melihat orang-orang jahat itu masuk kedalam perangkap yang mereka buat sendiri.
Aku juga menyukai perkembangan karakter masing-masing tokoh. Seperti Togon yang kini menyadari bahwa apa yang diinginkan Nyang bukanlah menyerah pada musuh untuk hidup tenang berdua saja, Nyang ingin mereka menguatkan diri dan tak menyerah bagaimanapun juga. Juga melihat sisi lain Jenderal Bayan yang ambisius dan tak punya belas kasihan, namun ternyata tahu caranya berterimakasih. Bayan bukan orang yang akan melupakan jasa, ia bahkan rela menghabiskan biaya pasukannya setahun demi menyelamatkan Sung Nyang, padahal ia bisa saja tak mempedulikannya. Istilah kerennya, Bayan ini wajahnya Rambo tapi hatinya Hellokitty! :P. Dan Taltal *awww… aku sangat menyukai interaksinya dengan Sung Nyang meskipun baru terjadi di episode 24. Tadinya aku fikir aku menyukai mereka karna senyum slightly nya ituloh… (taltal baru senyum di episode 24 *abaikan*). Tapi ternyata bukan, hehee. Setelah kufikir2 lagi, yang membuat kedua orang ini menarik adalah karena mereka berdua sama-sama cerdik jadi seolah ada spark disekitar mereka. Mereka bahkan bisa saling memahami maksud masing-masing hanya dengan melontarkan perumpamaan atau quote klasik. Taltal menghormati kecerdasan dan posisi Nyang sebagai atasannya sekarang namun Nyang juga menghormati Taltal sebagai gurunya (atau setidaknya orang yang telah mengajarinya banyak hal). Mereka berdua ini pasti akan menjadi deadly combination jika menyatukan siasat^^. Dan masih banyak lagi tokoh-tokoh lain yang menarik perhatianku, tapi akan menjadi panjang sekali jika semuanya dibahas disini.
Most anticipated moment yang saat ini sedang kutunggu adalah saat dimana wang yoo tau kalau nyang masih hidup dan bertemu dengannya. Itu pasti akan menjadi momen penuh air mata, melihat seseorang yang begitu dia rindukan (juga sangat merindukannya) telah menjadi milik orang lain dan tak akan pernah bisa kembali padanya, hanya karna takdir menginginkan mereka berakhir seperti ini. Augh… ngebayangin itu aja aku udah merinding, teringat betapa mereka saling mengandalkan kepercayaan dan cinta untuk bertahan hidup. T,T
Aku juga sebenarnya ingin membahas buku-buku siasat yang dibaca Seung Nyang dan beberapa Quote atau dialog menarik dalam Empress Ki. Seperti kalimat indah dayang Noh, perumpamaan2 yang dipakai Wang Yoo, ujian menjelaskan lukisan yang dilalui Seung Nyang (puisi So Tungpo) dan masih banyak lagi. aku juga ingin membahas beberapa hal yang kutemukan dari hasil googling ku seputar forbiden city (kota terlarang). Namun lain kali saja akan kubahas terpisah, karena bahasan ini toh sudah terlalu panjang dan rawan ngelantur. Hehee.
Apakah cerita Empress Ki ini sungguhan? Nyata? benar-benar pernah terjadi? Entahlah. Kisah ini memang terinspirasi dari permaisuri Ki, permaisuri kedua kaisar Huizong yang hidup di abad ke 13, namun sebagian besar tokoh dan karakternya hanyalah fiksi, hasil imaginasi penulisnya. Aku tahu itu, tapi aku tetap akan mengapresiasi serial saeguk ini sebagaimana mestinya. Meskipun sebagian ceritanya melenceng dari sejarah, tapi Empress Ki berhasil membangkitkan minatku untuk lebih mengenal sejarah tiongkok yang konon pernah menjadi penguasa dunia, juga membaca karya-karya klasik dari negri itu yang mungkin akan memberi banyak pengetahuan baru. Mungkin nanti kalau sudah smester 5 aku akan lebih memilih konsentrasi jurusan untuk Keamanan dan Pertahanan Internasional daripada Ekopolin. Hihii.
Aku juga ingin menjadi wanita cerdas seperti Seung Nyang. Didunia ini wanita cantik bertebaran, tak terhitung jumlahnya, namun Kecerdasan dan keberanian seung nyang menjadi daya tarik tersendiri, begitu juga keteguhan dan persistensinya yang mengagumkan. Seorang Seung Nyang tak pernah akan menyerah tak peduli apa. Itu semua jauh lebih cemerlang daripada riasan eksterior tubuh yang semu. :)
Aku juga ingin menjadi wanita cerdas seperti Seung Nyang. Didunia ini wanita cantik bertebaran, tak terhitung jumlahnya, namun Kecerdasan dan keberanian seung nyang menjadi daya tarik tersendiri, begitu juga keteguhan dan persistensinya yang mengagumkan. Seorang Seung Nyang tak pernah akan menyerah tak peduli apa. Itu semua jauh lebih cemerlang daripada riasan eksterior tubuh yang semu. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar