Sabtu, 08 Februari 2014

Empress Ki : Review Babak Pertama (1)

         Akhir-akhir ini aku keranjingan nonton drama (emang dulu enggak ya??:p). Udah lihat header baru blog ku? Siapakah itu? Yup… itu Ha Ji Won yang saat ini berperan dalam drama saeguk Empress Ki. Drama kolosal ini rencananya akan tayang sepanjang 50 episode (whoa). Itulah sebabnya aku sempat ragu menonton drama ini, karena episodenya puaanjaang sangatt. Biasanya kan drama puluhan episode itu bertele-tele, tapi setelah membaca sinop episode 1 dan 2 di kdramatized, aku langsung memutuskan untuk mengikutinya sepenuh hati *lebayyy.

 Biasanya aku tidak tertarik dengan drama bersetting jadul seperti periode Joseon or so, jadi aku tidak tahu banyak tipe drama yang seperti ini, selain Sun Go Kong dan Putri Huan Zu dari zaman hong (baca: zaman SD). Aku bahkan tidak menonton saeguk2 populer seperti Queen Seon Deok atau The Moon That Embrace The Sun. Tapi secara teknis ini bukan drama sejarah pertama yang aku ikuti, mengingat sudah ada saeguk fiksi Gu Family Book tahun 2013 lalu. Meski sejujurnya saat itu aku menonton GFB lebih karena pemeran utamanya Lee Seung Gi dan mendadak no comment setelah melihat endingnya (hehe). Namun kali ini berbeda, aku benar-benar mengikutinya karena excited dengan jalan cerita, juga intrik dan adu siasat antara baerbagai klan baik itu di istana dalam maupun di medan perang.

Aku menulis postingan ini setelah memasuki babak kedua Empress Ki, tepatnya setelah episode 27, yang artinya sudah lebih setengah perjalanan dari 50 episode. Kenapa aku menulisnya? Karena bagiku drama ini meninggalkan kesan mendalam dan beberapa pelajaran moral yang patut diingat. Itulah fungsi utama blog ini, untuk menyimpan berbagai hal yang pernah atau sempat terfikir olehku.

Setiap selasa-rabu rasanya ada yang kurang kalau belum berkunjung ke situs download. Bukan Cuma dua hari itu saja, bahkan sejak kamis malam aku sudah galau bin risau buka-tutup Soompi, mencari spoiler, BTS, NG atau apa saja… mencari tahu apa yang terjadi di episode berikutnya. Apalagi kalau sudah sampai di minggu pagi, gentian youtube aku obrak-abrik demi mencari preview resmi yang durasinya bahkan kurang dari satu menit :p nasib shipper begini amat yak… abis drama ini bisaan banget bikin ending tiap episodenya menggantung dan bikin penasaran, nyiksa penonton buat nunggu senin depan.

Drama Korea ini mengambil latar sekitar abad 13, mendekati masa akhir dimana kerajaan Yuan (yang saat itu masih didominasi orang mongol) merupakan kekuatan adidaya yang menjadi salah satu penguasa dunia, negara-negara lain hanya bisa menjalin hubungan diplomatic secara asimetris, termasuk juga Goryeo (sekarang Korea) yang saat itu berada dalam pengaruh Yuan. Hubungan kedua negara ini tak ubahnya penjajahan, karena Yuan berkuasa penuh untuk bisa menentukan apa yang harus dan tak boleh Goryeo lakukan.

                                                              *****

Cerita berpusat pada perjalanan hidup Ki Seung Nyang yang lahir dan besar di Goryeo. Pada usia belasan Ia melarikan diri saat akan dijadikan selir namun tertangkap, itu sebabnya Nyang kecil dan ibunya diikat bersama serombongan gadis yang akan dikirim ke Yuan sebagai upeti untuk dijadikan budak atau dikirim ke rumah bordil. Itulah pertama kalinya Nyang bertemu dengan pangeran Wang Yoo, putra mahkota kerajaan Goryeo yang (seolah) menjadi Sandra di tanahnya sendiri, karena kekuasaan sesungguhnya dipegang oleh jendral Tangqishi dan adiknya Talahai beserta pasukan serigala birunya dari Yuan.

      Wang Yoo remaja yang menyadari tidak bisa menggunakan kekuasaannya secara terang-terangan, memilih melepaskan rakyatnya diam-diam pada malam hari. Para upeti wanita itupun kabur, namun luka di sekujur tubuh menghambat pelarian mereka. Sebagian besar mati dibunuh prajurit Yuan malam itu termasuk ibu Seung Nyang yang menukar hidupnya demi menyelamatkan putrinya. Ibu Seung Nyang mati tertembus dua panah yang dilesatkan Tangqishi, yang sejak hari itu dan untuk selamanya menjadi sasaran kebencian Nyang. Bermodal cincin milik ibunya Seung Nyang kecil mencari ayahnya, namun berselisih jalan tepat ketika ia hampir menemukan sang ayah yang ternyata seorang perwira.


          Dari sanalah kisah ini berklanjut. 13 tahun kemudian nyang Bertemu kembali dengan Pangeran Goryeo (meski mereka tidak saling mengenali), ia menemukan ayahnya dan memutuskan menjadi prajurit. Tugas pertamanya adalah untuk menjaga Togon, Pangeran Yuan yang diasingkan. Saat kaisar Myeongjong wafat, di Yuan terjadi kudeta yang mendudukkan adik Togon yang sakit parah ke singasana. Otak pemberontakan itu (El Temur) ingin Togon mati sebelum adiknya. Itu sebabnya Perdana Mentri El Temur membuat konspirasi untuk mengasingkan Togon ke Goryeo dan menghabisinya disana, dengan demikian kaisar tidak memiliki penerus dan kekuasaan yang sesungguhnya bisa jatuh ke tangannya dan kesalahan membunuh pangeran bisa dilimpahkan pada Goryeo.     

  
     Seung Nyang baru mengetahui Wang Yoo adalah raja (bukan petugas penyelidik) dan mengabdi penuh padanya, saat itupun Wang Yoo masih mengira bahwa Seung Nyang adalah pria. Seung Nyang tetap menyembunyikan identitasnya demi menghindari hukuman yang mungkin diterima ayahnya apabila terbukti menyembunyikan anak gadis yang seharusnya dikirim ke Yuan. Wang Yoo menugaskan Seung Nyang menjaga pangeran Togon dan membayanginya setiap waktu. Wang Yoo percaya penuh bahwa Nyang akan melakukan tugasnya dengan sangat baik. Togon dan Seung Nyang mulai menjalin persahabatan. Bahkan ketika keadaan semakin genting dan nyawa mereka diujung tanduk, Seung Nyang tetap melindungi Togon. Ia bahkan merelakan lengannya tertembus panah demi melindungi sang pangeran yang lemah.
                   
                               

                                                      

      Bagi Togon, meskipun keras dan tega padanya namun Seung Nyang adalah orang pertama yang dengan tulus melindunginya sekaligus satu-satunya teman yang ia punya di dunia ini. Tapi bagi Seung Nyang alasan ia melindungi Togon adalah demi rajanya, Goryeo dan ayahnya (komandan ki). Jika ia gagal membawa pulang Togon ke istana dalam keadaan hidup, maka Goryeo yang akan dikambinghitamkan telah membunuh saudara kaisar, dengan Komandan Ki yang memimpin pembunuhan. Itu sebabnya ia mampu melakukan apapun demi menyelamatkan Togon.

                     

                     
   
       Ketika Kaisar (adik Togon) wafat, El Temur sendiri yang datang ke Goryeo untuk memastikan. Semua orang mengira Togon dan Seung Nyang sudah mati setelah terjatuh dari tebing yang sangat tinggi. Bayan dan TalTal yang diam2 membantu Togon (dengan melawan perintah El Temur) merasa kecewa. Namun disaat Goryeo terdesak Nyang datang membawa Togon yang ternyata masih hidup. Wang Yoo yang menyayangi Nyang sangat bersyukur ia masih hidup dan memeluknya. Togon sudah berjanji pada Nyang akan mengatakan kebenaran tentang siapa yang ingin membunuhnya, namun pada akhirnya mengingkari janji itu karena rasa takutnya kepada El Temur. Ia mengkhianati Seung Nyang dan membiarkan Komandan Ki mati sebagai pengkhianat. Sejak saat itulah Seung Nyang bertekad untuk membunuh Togon apapun harganya.
             
                             

                             


                             

                     
         Wang Yoo, Seung Nyang dan serombongan rakyat Goryeo dibawa paksa ke Yuan sebagai tahanan, namun ditengah perjalanan wang yoo terluka dan nyang bersikeras merawatnya, identitas Nyang sebagai wanita terbongkar. Tangqishi yang terobsesi padanya ingin menjadikan Nyang selir namun Nyang lebih memilih mati daripada menyerahkan diri pada orang yang telah membunuh ibunya hanya demi hidup nyaman. Wang Yoo dan Nyang terpisah ditengah perjalanan. Tangqishi sengaja mengirim Wang Yoo ke perbatasan barat Yuan untuk berperang dengan bangsa Turks demi memperebutkan jalur sutra dengan harapan Wang Yoo akan mati tanpa harus ia bunuh (Tangqishi menentang perintah ayahnya untuk menghormati Wang Yoo dan memperlakukannya seperti raja), sedangkan Seung Nyang dikirim ke istana untuk menjadi musuri (dayang istana paling rendah tingkatannya).
 
    
        Waktu terus bergulir, Wang Yoo dan Seung Nyang menjalani kehidupan baru mereka yang seperti neraka. WAng Yoo di medan perang dan Nyang di istana. Berkali-kali mereka nyaris berhadapan dengan kematian namun tetap memaksakan diri untuk bertahan. Bagaimana dengan Togon? Sesuai janjinya pada El Temur, Ia terpaksa menikahi Tanashiri, putri El Temur yang angkuh dan pencemburu. namun Togon tak pernah bahagia, karna ia selalu teringat Seung Nyang yang baginya adalah satu-satunya teman sejati di dunia ini. Teman yang mengorbankan diri untuk menyelamatkannya, dan sebagai balasan Togon justru mengkhianatinya.

                          


Seung Nyang sangat ingin membunuh Togon dan membalaskan dendam ayahnya, tapi sebagai konsekuensinya ia dan semua orang Goryeo di istana pasti akan dihukum mati. namun ia mengurungkan niatnya, karena bayangan Wang Yoo terus masuk kedalam mimpinya dan memohon agar ia tetap hidup sampai Wang Yoo datang menjemput. Sama halnya dengan Wang Yoo yang pernah nyaris terbunuh oleh Byung Soo karena trik liciknya saat duel perebutan komando. disaat ia hampir menyerah, bayangan Sung Nyang muncul diantara rakyatnya dan menangis meminta Wang Yoo untuk tidak melupakan janjinya, karna Nyang akan terus bertahan dan menunggu, kalimat itu memberikan kekuatan pada Wang Yoo untuk bangkit dan menang.

       

                   

Tidak bisa tidak, aku jatuh cinta pada pasangan ini. Melihat bagaimana cara mereka bertahan menghadapi rasa sakit dan mengesampingkan ego pribadi untuk membalas dendam agar suatu saat bisa melihat wajah kekasihnya lagi. Baik Wang Yoo maupun Seung Nyang tak satukalipun pernah mengungkapkan perasaan secara langsung, tapi kita semua tahu bahwa mereka saling mencintai lebih dari apapun, kekuatan itulah yang membuat mereka tetap bertahan meski jarak dan waktu memisahkan, sesakit apapun hidup mereka.

            Waktu terus berjalan cepat bagai panah dilesatkan dari busurnya. Wang Yoo pulang ke istana membawa kemenangan, dan setelah melewati berbagai masa sulit, Nyang bisa kembali pada Wang Yoo atas izin El Temur (yang menukarnya dengan kecerdasan Wang Yoo). Mereka kembali bersama, bahu membahu mencoba segala cara demi memulihkan tahta Wang Yoo sebagai raja Goryeo. Wang Yoo secara resmi melamar Seung Nyang, memintanya untuk menjadi ratu saat mereka kembali ke Goryeo dan Seung Nyang (tentu saja) menerimanya. Mereka sempat menghabiskan waktu bersama sebelum takdir mengubah segalanya….

               

            Wang Yoo harus kembali ke Goryeo untuk mengurus beberapa hal namun Nyang menolak ikut. Ia harus tetap disana demi menemukan surat wasiat mendiang kaisar Myeongjong yang bisa menjatuhkan kekuasaan klan El Temur. Wang Yoo pun pergi dan Nyang melepasnya dengan pelukan tanpa seorangpun tahu bahwa saat itu Seung Nyang sedang mengandung anak mereka. Suatu insiden memaksa Nyang terperangkap di pavilion wanita dan tak bisa keluar. Ia menghabiskan waktunya disana bersama Dayang Noh yang setengah gila. Namun Nyang menyayangi dayang Noh begitupun sebaliknya. Dayang Noh bahkan berjanji akan menggantikan ibu Nyang dan menjadi nenek yang baik jika anak Seung Nyang lahir nanti.

                             

            Dengan bantuan Lady Park, selir asal Goryeo yang dulu ia tolong, Nyang berhasil keluar dari istana. Ditengah perjalanan, teman-temannya menitipkan surat untuk sanak keluarga dan orang2 yang mereka cintai di Goryeo. Nyang berjanji akan menyampaikannya, namun gerombolan bandit gunung tiba-tiba menyerang mereka atas perintah permaisuri Tanashiri yang iri karna Lady Park tengah mengandung putra kaisar. Semua orang yang ada ditempat itu dibunuh, termasuk Lady Park dan Dayang Noh yang mati saat melindungi Seung Nyang. Hanya ia dan Hong Dan sahabatnya yang berhasil lolos. Ia tak memiliki pilihan lain selain kabur karena keadaannya yang hamil besar tak memungkinkan untuk melakukan perlawanan. Di tengah jalan ia terpisah dengan Hong Dan sehingga terpaksa bersembunyi di dalam goa.

                                 

            Ditengah pelarian itulah Nyang melahirkan bayinya, sendirian di dalam Gua yang sempit dan gelap. ia sangat bahagia bayinya lahir dengan selamat. Seorang bayi laki-laki dengan tiga tanda bintang di kakinya. Yang akan ia panggil Byeol (bintang) sebelum ayahnya (Wang Yoo) memberi nama. Namun kebahagiaan Seung Nyang tak berlangsung lama, Byung Soo yang masih mengejarnya mendengar tangisan bayi dan menemukan persembunyian mereka. Akhirnya Nyang berlari tersuruk-suruk sambil membawa bayinya di gendongan. Bukan Sung Nyang namanya jika menyerah tanpa perlawanan, Namun kondisinya yang masih lemah membuatnya kepayahan. Di ujung tebing ia menjatuhkan pengawal Byung Soo yang serta merta menarik kain gendongan bayinya. Nyang sekuat tenaga mempertahankan Byeol, tapi Byung Soo melesatkan panahnya, dan menancap di jantung Nyang. Ia menyaksikan dengan matanya sendiri bayinya jatuh ke sungai di bawah tebing, dan sejurus kemudian iapun terjatuh dengan panah menancap di tubuhnya.

                                    

           
              Jeokho yang kebetulan ada disana melihat Seung Nyang dan menolongnya. Ia selamat karna tersangkut di pinggir dan tidak jatuh ke bawah tebing, panah itupun tidak menembus tubuhnya karena terhalang cermin perunggu yang dihadiahkan Dayang Noh sebelum keberangkatan mereka ke gunung. Nyang selamat, namun harus terbangun dengan sebuah kenyataan pahit bahwa bayinya telah tiada. Nyang frustasi, bagaimana bisa ia kehilangan putranya hanya dalam satu tarikan nafas.                    
      
        Semua orang mengira Seung Nyang sudah mati. Begitu pula kabar yang sampai pada Togon dan Wang Yoo. Kehilangan Sung Nyang dan Selir Park membuat Togon menderita aphasia dan tak bisa bicara. Setiap hari ia hanya menghabiskan waktu dengan berbaring di tempat tidur mengenang Sung Nyang. Dan Wang Yoo? Sebenarnya keadaannya sendiri tak lebih baik dari Togon, ia mengahbiskan hari didepan target panahan sambil memegang busur dan panah Seung Nyang, mengenang kembali awal pertemuan mereka, lomba memanah sambil mabuk, dan ketika Nyang mengajarinya memanah dengan baby arrow. Ini sungguh takdir yang menyakitkan bagi keduanya, apalagi Wang Yoo bahkan tidak tau bahwa ia telah menjadi ayah.

                                 

Namun Wang Yoo tak seperti Togon yang terpuruk pasca kepergian Seung Nyang, ia adalah seorang raja dan rakyatnya membutuhkannya. Ia tetap harus melanjutkan hidup, dan membuat orang-orang yang menyakiti Nyang mendapatkan balasan yang pantas. Semua orang mendesak Wang Yoo menikah dengan keponakan El Temur, termasuk ayahnya, Demi mengamankan kepentingan politik negara. Awalnya Wang Yoo menolak, namun akhirnya ia menyetujui dengan satu syarat: ia akan kembali ke Yuan sedangkan istrinya menetap di Goryeo, Wang Yoo tak ingin menyentuh ratunya. Tujuannya menikah? Apalagi kalau bukan membalaskan dendam Sung Nyang. Ia akan masuk kedalam klan El Temur dan menghancurkan mereka dari dalam.

Sementara itu Nyang dan Jeokho tertangkap kawanan heukso yang biasa menjual budak. Namun dalam perjalanan ke Ilkhanatte, mereka sampai di provinsi Liaoyang dimana jendral Bayan menjabat gubernur. Jendral Bayan yang merasa berhutang nyawa pada Sung Nyang membelinya dengan harga mahal, 3000 keping emas, setara dengan biaya hidup pasukan perangnya selama setahun. Taltal protes, namun Bayan berkeras bahwa harga itu bahkan tak sebanding dengan nyawa mereka.

  

Seung Nyang malam itu datang untuk berterimakasih, ia sedang menceritakan apa yang menimpanya, saat tiba2 Tangqishi datang dan mengabarkan bahwa ia akan pergi ke Goryeo untuk menghadiri pernikahan sepupu mereka dengan keluarga kerajaan Goryeo, yaitu Wang Yoo. Seung Nyang yang bersembunyi dibalik lemari buku mendengarnya dengan hati hancur (aku jugaaa!! T,T that’s hurt me so much!) perlahan air matanya mengalir…

                                      

Di kamar ia menangis seorang diri, sembari membuka satu per satu surat titipan teman-teman Goryeonya. Ia menangis membaca surat-surat tersebut, sambil mengingat kembali bagaimana teman-temannya dibantai tepat dihadapannya. Nyang menangis dalam diam, hingga akhirnya membuka mata dan sampai pada satu tekad: ia tak mau hidup tenang sendirian. Ia akan membalaskan setiap tetes darah yang mengucur demi melindunginya. Ayah, ibu, bayinya dan teman-temannya. Ia akan membalaskan dendam mereka tanpa gagal. keputusan itulah yang membawanya menawarkan diri untuk dikirim sebagai kandidat mewakili provinsi Liaoyang dalam pemilihan selir untuk Kaisar. Ia akan berdiri disisi Togon dan membuatnya menjadi kaisar yang kuat, demi menjatuhkan El Temur dan Klannnya. Ia tak akan membiarkan lagi orang-orang Goryeo dikirim paksa ke Yuan sebagai upeti dan mati sia-sia di tanah asing.

                                

Tidak ada komentar:

Posting Komentar