Dalam 24 jam sehari, normalnya kita
menghabiskan waktu 6-7 jam untuk tidur. Meskipun hanya secara teoretis, tapi
mayoritas kita memang kenyataannya menghabiskan belasan jam sehari dalam
keadaan terjaga. Lantas apa yang ingin saya sampaikan dengan kalimat pembuka
seperti ini?
Manusia seringkali lupa, atau memang
sengaja melupakan banyak hal dalam hidupnya. Bahwa dalam belasan jam setiap
hari, kita melewatkan begitu banyak hal (yang seolah) kecil dan sepele, namun
sesungguhnya berharga. Hal-hal yang terlwatkan dan berlalu begitu saja.
Dua hari yang lalu kantor saya
mengadakan perjalanan wisata untuk karyawan ke sebuah pantai. Setelah sukses
menghabiskan memori handphone, saya duduk santai di ayunan sederhana yang
terbuat dari ban bekas dan digantungkan dipohon.
Berayun pelan merasakan semilir angin
yang menelisik menyenangkan membuat saya berfikir… betapa selama ini saya
melewatkan kesenangan kecil seperti ini.
Angin dan udara yang saya tak bisa hidup tanpanya… betapa sering saya
mengabaikan keberadaannya. Saya lebih sibuk mengeluh tentang udara yang
tercemar polusi atau angin yang membawa serta asap knalpot dari pada bersyukur
bahwa saya bisa bernafas dengan gratis tanpa hambatan, dan tanpa perlu beli
udara tentunya.
Membuka mata dan melihat hamparan
laut dengan gradasi warna hijau - biru cerah, serta langit bersih tak tersaput
awan. Indah. Sejurus kemudian saya menyadari betapa abainya saya melihat
keelokan dunia. Manusia bisa melukiskan hamparan samudra dengan sejuta warna
elok menawan, itu mudah. Tapi tentu saja itu semu, diatas kanvas saja. Seindah
apapun lukisan tangan manusia… kita tak pernah bisa menyentuh airnya yang
dingin dan terasa asin, kita tak bisa duduk dan berpijak diatas karangnya yang
Nampak kokoh. Mata yang sejak lahir saya dapatkan (lagi-lagi) dengan gratis
membuat saya mungkin menikmati semua itu. Mahakarya tuhan yang tanpa batas,
yang seringkali Cuma kita jadikan background foto untuk seru-seruan.
Melihat kembali ke sekeliling, riuh…
ada yang berlari girang kesana-kemari, juga ada banyak tawa dan kegembiraan.
Lagu dan teriakan penuh semangat dari orang-orang yang saya kenal… semuanya
menyadarkan saya bahwa selama ini saya sering acuh terhadap mereka, kawan-kawan
saya. Lelah bekerja membuat emosi mudah naik, belum lagi jika trouble disana-sini.
Maka rasa syukur pun terabaikan… rasa syukur bahwa saya tidak hidup sendiri dan
kesepian. Saya dikelilingi teman-teman yang menyenangkan!
Sekitar seminggu yang lalu saya
sariawan, bibir dan lidah sakit… makan enak pun jadi hambar. Maka saya mengeluh
pada tuhan meminta kesembuhan, bagi saya sariawan adalah sakit yang paling
menyiksa. Lalu sariawan pun hilang, berganti flu. Pilek dan meler benar2
mengganggu aktivitas dan memalukan tentu saja. Tapi yang paling membuat jengkel
adalah hidung tersumbat yang membuat sulit tidur sepanjang malam, maka bagi
saya pilek ‘juga’ adalah musuh utama. Entah apa pasal… tumben sekali sakit
datang silih berganti (nggak sekaligus gitu loh?). usai flu datanglah batuk….
Tenggorokan sakit, makanan susah ditelan dan sibuk sepanjang malam. Maka
kembali saya berfikir ‘ya tuhan.. beri hamba sakit apapun selain batuk!’
Fyuh…. Hari ini ketika saya menulis
bahasan nggak jelas ini saya sudah sehat wal-afiat seperti sediakala. Tapi
anehnya… saya tidak tahu kapan persisnya penyakit-penyakit kecil itu hilang!!
Entah sejak kemarin atau 2-3 hari yang lalu. Begitulah…. Saya tak pernah lupa
mengeluh dan protes sana-sini ketika merasa terganggu, tapi sering… sering
sekali lupa berterimakasih ketika kehidupan kembali nyaman dan menyenangkan. Saya
bahkan tak bisa mengingat kapan persisnya gangguan2 itu menghilang. Hal terpenting yang ada dibenak saya adalah saya merasa lega bahwa pengganggu2 kecil itu telah lenyap. Betapa tidak tau diri
nya kan??
Begitulah bersyukur itu hal yang paling mudah dilakukan, sekaligus paling mudah dilupakan. dan masih banyak lagi hal-hal kecil yang
kita lewatkan… karna sibuk, karna banyak fikiran, karna nggak penting, karna
segudang alasan yang kita buat sebagai pembenaran untuk tidak mensyukuri hidup pun tiap
detilnya. Padahal apa susahnya… berdiri tenang di awal hari sambil bersidekap
dan tersenyum, mengucap salam pada langit dan mentari sambil bergumam pelan ‘terimakasih
tuhan untuk hari ini…’ J