Belum
lama ini dunia Islam kembali dihebohkan dengan perbuatan yang
menistakan agama oleh beberapa orang tak bertanggung jawab. Adalah
Innocence Of Muslims, sebuah film yang memuat banyak rekayasa sejarah
menganai kehidupan Rasulullah yang kali ini menjadi pemicunya. Bukan
sekali-duakali mereka melecehkan Islam melalui media-media seperti ini,
dan kita (umat muslim) lagi-lagi menanggapinya dengan respon yang sama.
Marah.
Bukankah
selama ini sudah tak terhitung jumlahnya film, komik, karikatur,
simbol, atau bahkan sekedar pernyataan bernada sinis yang berusaha
menjatuhkan Islam? Tidakkah kita belajar dari kejadian-kejadian yang
telah lalu, bagaimana seharusnya bersikap atas masalah seperti ini?
Padahal,
apalah artinya semua olok-olok itu? Siapa sesungguhnya yang mereka
hina? Islam? Rasulullah? Ataukah Allah sendiri? Tak ada. Sejatinya apa
yang mereka usahakan selama ini sia-sia belaka. Karna sekalipun langit
dan bumi bersekutu untuk menistakan Allah, melecehkan Rasulullah atau
menjatuhkan Islam, sesungguhnya izzah dan kemuliaan agama ini tak akan
berkurang walau ‘seujung kuku’. Mengapa? Karna Allah sendiri-lah yang
menjaga agama ini dan meridhoinya....
Lantas
kita harus bagaimana? Apa kita harus diam saja melihat semua perbuatan
tak pantas mereka? Apa kita harus pura-pura tidak tau? Berlagak tidak
peduli? Tentu saja tidak. Kita tentu saja wajib marah, wajib sakit hati
dan tidak terima. Namun ingatlah selalu, bahwa agama yang kita anut ini
telah amat sangat sempurna menata segala sisi kehidupan pemeluknya.
Islam meletakkan rambu-rambu, aturan dan batasan yang mesti kita
perhatikan dalam meluapkan amarah.
Islam
menuntun kita untuk menjadi manusia-manusia yang elegan dan terhormat.
Mengerti bahwa hidup ini adalah rangkaian hukum sebab-akibat. Memahami
bahwa ketika kita hendak melakukan sesuatu, lakukanlah dengan banyak
pertimbangan. Membalas olok-olok mereka dengan balik mencela, menulis
‘yang aneh-aneh’ di laman pribadi maupun menulis komentar-komentar yang
tidak pantas tentang agama lain sama sekali bukan pilihan. Apalagi
melakukan unjuk rasa dan semacamnya yang bisa memicu tindakan anarkis.
Bahkan dalam hal ini, telah jatuh beberapa korban jiwa yang salah
satunya adalah duta besar AS untuk Libya.
Apakah
semua tindakan itu mengembalikan nama baik Islam? nyatanya tidak.
Justru peristiwa tersebut seolah membuktikan bahwa Islam memang agama
yang keras dan menakutkan, bahkan membuka peluang bagi musuh-musuh kita
untuk semakin menyulut api kebencian. Lantas bagaimana seharusnya kita
bersikap? Haruskah kita membuat film balasan?
Terkadang,
bagi orang-orang yang faham, cara terbaik untuk membalas adalah dengan
tidak membalas. Seperti halnya cara terbaik untuk menang adalah dengan
bersabar. Karna orang-orang yang sabar tak pernah bisa disakiti.
Fisiknya bisa, tapi jiwanya utuh! Sayangnya, hanya sedikit orang yang
percaya dengan konsep ini. Kita tidak selalu harus membalas mereka,
justru kita sepatutnya merasa iba, kasihan. Karna sejatinya, tanpa sadar
mereka telah memperolok diri sendiri, menunjukkan kepada dunia betapa
kalah dan frustasinya mereka, karna sampai detik ini... Islam masih
berdiri kokoh, melindas segala fitnah dan olok-olok yang mereka tebar
seperti melindas debu di jalanan.
jadi, haruskah kita marah, kawan???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar